WAHANA INFOTA – Tak ada pekerjaan yang sia-sia, selagi dijalani dengan keikhlasan dan ketekunan dalam mewujudkan cita-cita hidup yang mulia.
Seperti yang terjadi pada kehidupan Salamuddin (55) yang dalam kesehariannya menekuni profesinya sebagai tukang bentor sejak 12 tahun yang lalu, kala memutuskan berhenti dari aktifitasnya sebagai juru parkir. Salamuddin menceritakan bahwa sebelum menjadi tukang parkir dan tukang bentor, dirinya adalah pengayuh becak sejak dari tahun 1980.
Perjuangan hidup yang ia lakoni kini berbuah hasil manis. Sang anak, Muh Aswar lulus mengikuti pendidikan dan pembentukan (Diktuk) Brigadir Polisi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Polda Sulsel.
Seperti yang dilansir dari sindonews, sang Ayah Salamuddin, tak sanggup menyembunyikan rasa haru kala menemui anaknya yang tengah menjalani pendidikan di SPN Polda Sulsel. Selain daripada rasa bangga kepada sang anak, Salamuddin nampak menyimpan rindu mendalam karena sudah berbulan-bulan tak bertemu dengan Aswar.
Salamuddin mengungkapkan bahwa selama ini, ia tak pernah tahu menahu dengan cita-cita anaknya. Ia hanya berusaha mencukupi kebutuhan sekolah sang anak sembari berpesan agar anaknya giat belajar.
“Saya tidak tahu apa cita-citanya. Dia juga tidak pernah bilang mau jadi apa, tidak pernah bilang mau jadi polisi. Saya hanya selalu pesan supaya belajar dengan baik,” kata Salamuddin.
“Tiap-tiap habis pakaian sekolah saya bilang ke dia, baek-baekko sekolah biar nanti jadi presiden ke sepuluh,” ujar salamuddin, dikutip dari sindonews. Atas kelulusan anaknya, Salamuddin akan menunaikan nazar untuk berpuasa selama 30 hari.
Sementara itu, sang anak mengungkapkan rasa syukurnya atas kelulusan ini, sekaligus akan menunaikan puasa selama tujuh hari. Aswar mengaku bangga, dari sekian banyak yang mengikuti seleksi, dia menjadi salah satu yang lulus mengikuti pendidikan di SPN Polda Sulsel.
Meski begitu, pencapaian ini bukanlah sesuatu yang mudah baginya. Sempat gagal dan gagal saat mengikuti tes-tes sebelumnya, namun, hal itu tidak menjadi alasan bagi Aswar untuk berhenti mengejar cita-citanya ini. Berkat usahanya itu, kini Aswar telah tercata sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia.
“Tiap pendaftaran saya selalu mendaftar. Mendaftar saja, malah pernah gugur di tes terakhir. Tapi saya tidak menyerah,” pungkasnya.
“Untuk jadi polisi tidak harus kaya, orang rendahan bisa lulus. Karena seluruh proses pendaftaran netral dan gratis,” kunci Aswar. (SN)
Leave a Reply